Memeluk
Sang Mentari
Mentari nampak indah dengan cahayanya yang
menyinari bumi. Siang terasa begitu hangat. Lalu malam terasa dingin tanpa
adanya sang mentari. Aku sadar keberadaan sang mentari begitu penting dalam
kehidupan manusia. Lalu terpikir olehku adakah mentari berarti dalam hidupku?
Mentari yang asalnya bukan dari alam semesta tapi mentari yang bisa
mendatangkan ketenangan dan kebahagiaan dalam hati.
“Vina..”
sapa salah seorang temanku bernama sinta. Sapaannya membuyarkan lamunanku.
“Ngapain disitu? Panas tau, mentang-mentang putih mau berjemur yah biar eksotis
kayak aku? Hahahah” sambungnya dengan nada bergurau.
“Haha,
apaan sih. Kan aku lagi nungguin kamu--_-- Gimana? Kamu fix lanjut dimana?”
“SMAN
1. Kalau kamu?” tanya sinta
“aku....”
Ya, aku baru saja lulus SMP dan sebentar lagi
akan melanjutkan studiku ke jenjang SMA.
---
“Na, kata Abah kamu lanjut dimana?” tanya kakak
perempuanku.
“katanya bakal lanjut di Pondok pesantren MAN 2
kak Zia” jawabku
“Oh Masyaallah bagus kalau gitu, nanti ambil
jurusan IPA yah” ucap kak Zia memberi saran
“Kata Abah, aku jurusan agama kak.” Ucapku
sedikit lesu
“loh kok? Kamu kan lumayan di IPA Na, bagusnya
kamu di IPA aja kayak kak Zia.”
“iya aku juga maunya gitu tapi kata Abah aku
harus ambil jurusan agama”
Kak Zia pun langsung beranjak dari hadapanku.
Kak Zia pun duduk di samping Abah yang sedang berdzikir selepas sholat. Akupun
mengintip dari depan pintu kamar.
“Abah.” Buka Kak Zia
“Hmm” jawab abah
“Vina ambil jurusan agama ya?”
“Hmm” jawaban yang sama
“Tapi Vina cocoknya masuk IPA, nilai IPAnya juga
bagus-bagus” Kak Zia mencoba menjelaskan.
“Biar dia tau agama” jawab abah singkat
Kak Zia yang dulunya juga pernah bersekolah di
pondok hanya terdiam. Latar belakang keluargaku memang religius sehingga
pemahaman agama sangat penting bagi kami. Tak seperti teman-temanku yang hidup
elit. Mungkin itulah salah satu alasan orang tuaku mengirimku ke pondok pesantren
agar kebiasaanku yang mengikuti gaya hidup teman-teman lain bisa berubah dan
menjadi lebih religius.
---
Sampailah
aku pada waktu dimana aku harus menjalani kehidupan baru di sekolah baru,
asrama baru dan suasana baru. Aku terduduk di atas kasur lalu perlahan
terlintas setiap perjalanan hidup yang sempat aku jalani hingga bayangan ku
terhenti pada satu momen dimana aku berada di kamar rumah kakekku berdua dengan
kak Zia. Mungkin waktu itu sekitar 3 hari sebelum aku diantar menuju asrama
ini. Kak Zia berbicara denganku.
“Na,
kita beruntung punya orang tua seperti Ummi dan Abah. Allah kirimkan kita orang
tua yang hebat, dan bersyukurlah kita menjadi anak yang dilahirkan dari rahim
Ummi dengan latar belakang keluarga yang religius. Kalau Vina mau tau sejarah
orang tua kita, Vina bisa lihat buku album Abah, disana Abah merekam sejarahnya
dalam bentuk tulisan. Kalau mau tau sejarah tentang Ummi kita punya tante Ima
untuk ditanya. Sungguh saat tau tentang sejarah Ummi dan Abah akan ada rasa
haru dan syukur yang teramat. Jangan pernah menyesal lahir dalam keluarga kita
saat ini.”
Aku
terduduk dan terdiam sejenak di sudut ruangan. “Aku tidak pernah menyesal kak
Zia”
“Sekarang
saatnya untuk kita mengukir sejarah kita masing-,masing Na.”
Rasanya
mulutku tidak bisa banyak berkomentar mendengar setiap ucapan kak Zia.
“Na,
sekarang kamu akan masuk pondok. Kak Zia juga sudah kuliah. Lalu setelah ini
kamu akan lanjutkan kuliahmu, dan kalau Allah takdirkan setelah kuliah kak Zia
akan menikah. Bila dipikirkan, maka kesempatan kita untuk berkumpul bersama
seperti dulu tidak akan ada lagi. Kak Zia selalu menginginkan kebersamaan kita
yang seperti dulu. Tapi inilah hidup, waktu terus berjalan”
Perlahan
air mata rasanya membasahi pipiku, begitu juga dengan kak Zia.
“Satu-satunya
tempat berkumpul yang paling indah adalah akhirat, tentunya di Syurga. Maka Na,
di pondok nanti hafalkanlah AL-Qur’an. Bukankah ketika kita menghafalkan
Al-Qur’an kita berhak menggandeng keluarga kita di akhirat nanti? Karenanya
berjuanglah di pondok wahai adikku. Begitu juga dengan kak Zia. Kak Ziapun akan
berjuang agar kita bisa berkumpul di akhirat kelak insyaallah. Semoga Allah
menjadikan anak-anak Ummi dan Abah sebagai seorang hafidz dan hafidzah sholeh
dan sholehah. Do’akan juga adek Aris.”
Aku tak
bisa berkata-kata hanya air mata yang mengalir pada pipiku. Inilah Sunnatullah
kehidupan. Semoga Allah perkenankan kami untuk bersama lagi di akhirat. Aamiin
Allahumma Aamiin.
Lamunanku pun buyar mendengar
suara Adzan magrib. Akupun beranjak mengambil air wudhu, betapa segarnya tiap
tetesan air yang mengalir di wajahku. Sampai pada saat aku terduduk di atas
sejadahku menghadap pada sang Khalik, air mataku perlahan menetes. Kenapa aku
harus mencari mentari itu kemana-mana? Harusnya aku sadar, mentari itu ada dekat
denganku, tepatnya dalam hati. Ada pada rasa syukur kita menerima segala takdir
Allah. Maka ketenanganlah yang didapatkan dan kebahagiaanpun kan mengikuti.
Tangankupun ku tengadahkan setinggi-tingginya meminta pada Sang Khalik Rabbi perkenankan diriku berbahagia dalam
nikmatNya agamaMu. Sungguh diriku bersyukur tlah kau hadirkan dalam keluarga
yang selalu mengingatkanku padaMu, lantas Engkau izinkan pula aku tuk
mengenalMu lebih jauh. Rabbi maka ku mohon pertemukanlah aku bersama keluarga
ku lagi kelak. Aamiin Allahumma Aamiin.
Seketika tangankupun beranjak
mengambil Al-Qur’an yang sedari tadi berada di ujung kanan sejadahku. Ku raih
lalu kupeluk. Wahai hati, engkaulah
mentariku, maka izinkanku memelukmu dengan Kalam Allah ini. Kan ku hafalkan
Al-Qur’an ini agar tenang yang kau rasa dan bahagia yang kau dapat. Bertahanlah
wahai mentariku, bersabarlah agar bisa diriku raih syurga dan kugandeng
keluarga ku.
---
Kereeennnn π
BalasHapusWaah ❤
BalasHapusWaaaah Keren Bgtπ±...
BalasHapusMasyaAllah...tulisan yg sangat bagus dibaca oleh anak2 pondok biar lebih semangat menghafal KalamNya...
BalasHapussemangat terus
BalasHapusWahhh :v
BalasHapuspround of you dekku sayang, tulisannya bagusπ
BalasHapuspround of you dekku sayang, tulisannya bagusπ
BalasHapusSemangat menulis yahdina
BalasHapusSemangat terus kakπ
BalasHapusmantap!! kembangin trs bakatnya dek
BalasHapusπππ
BalasHapusMasyaallah bagus banget tulisanya
BalasHapusProud of u dinnn❤❤❤
BalasHapusSukses terus Din
BalasHapusBagusss ππππ
BalasHapusBagus bener dek sukaaaa semangat buat terus menginspirasi ya
BalasHapusSeandainya ada aku di dalam tulisan itu :v
BalasHapusKereeen masyallah sukses π
BalasHapusSukses selalu πͺπͺ
BalasHapusMasyaaAllah ceritnya sampai ke hati dek❤️
BalasHapusTerus semangat menulis����
Kak yahdina makan kanji kak yahdina ji
BalasHapusIndahnya anak2 yg sekolah di pondok pesantren bisa berfikir demikian, semoga menjadi inspirasi buat anak2 yg lain..
BalasHapusMasyaAllah sukses din.
BalasHapusπ€π€π€
BalasHapusNice
BalasHapusTerbaikk.. π
BalasHapussemangat kaka
BalasHapusKrenn��
BalasHapusMasyaallah bagusnya yahdina. Smangaaaattt nulis
BalasHapusMantaaap❤
BalasHapusMaasyaallah keren deh, kembangkan dek !
BalasHapusSemangat terus kembangkan biar jadi penulis sejati yg selalu bisa berbagi
BalasHapusMantapππππ
BalasHapuscocoknya jadi novel aja
BalasHapusSemangat ππ
BalasHapusLanjutkannππ
BalasHapusterus berkarya dek πͺπͺ
BalasHapusAlhamdulillah
BalasHapusKaremmmm
BalasHapusYattawwaa
Hapus